Kalau melihat judul di atas mungkin pembaca akan bertanya-tanya...mengapa harus "forget' dan "forgive". Ada saatnya nanti kita akan menghadapi/mengalami hal yang tidak kita inginkan dan sama sekali tidak pernah diharapkan terjadi. Contohnya, perceraian, perselisihan dalam rumah tangga, masalah di pekerjaan atau bahkan penghasilan yang dirasakan tidak pernah cukup. Semuanya itu adalah riak gelombang kehidupan yang selayaknya dengan bijaksana harus dihadapi. Semisal, masalah rumah tangga, dimana istri dan suami berbeda pendapat, ada baiknya dibicarakan baik-baik dan dewasa, saling menghargai dan "legowo". Jika permasalah rumah tangga ini semakin memanas...tentunya akan ada pihak ketiga yang menderita, yang pasti bukan si suami atau si istri. Pihak ketiga ini adalah ..anak. Yang pada saat lahir di dunia ini dielu-elukan sebagai buah hati. Tapi waktu terjadi keributan rumah tangga.... anak jugalah yang akan menjadi korban. Ibarat pelanduk di tengah 2 gajah yang sedang bertikai...
Anak tidak akan banyak komentar atas permasalahan antara kedua "orang dewasa" yang sedang berselisih paham. Tapi anak mendengar dengan hati...mereka merasakan ada 2 aliran kasih yang menuju kepadanya tapi 2 aliran yang berbeda..yang satu dari sang ayah...yang satu nya lagi dari sang ibu. Masing-masing berlomba memberikan kasih ke anak. Anak tetap akan merasan masih.... tapi dengan "rasa" yang berbeda. Dulu kasih itu disampaikan bersama-sama oleh ayah dan ibu. Kali ini diberikan secara berbeda karena si orang tua sedang tidak akur. Dibutuhkan kedewasaan tingkat tinggi untuk hal ini karena, sekali lagi anak tidak akan merasakan luka di tubuhnya... tapi mereka akan terluka secara batin. Mereka merekam apa yang terjadi dan mencontoh apa yg mereka lihat dari sikap ayah dan ibunya. Suatu saat jika anak dewasa ini akan menjadi suatu trauma, terlebih jika orang tuanya bercerai atau berencana untuk bercerai.Alangkah bijak jika para orang tua yang mengalah, melemparkan sejauh mungkin ego masing-masing ke laut, dan bukannya mempertahankan pendapat masing-masing. Sama-sama merendah, mengalah bukan untuk kalah tapi untuk menang. Inilah saatnya "Forget" dan "Forgive".
"Forget" adalah saat untuk melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu ("di belakang") karena kita dalam menjalani hidup mengarah ke depan, bukan? Lupakan masa lalu, perbaiki diri dan intropeksi. Masa lalu letakkan di belakang...jangan di depan, karena nantinya akan jadi batu penghalang untuk kita melangkah maju.
"Forgive"....wah yang ini agak sulit, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Sekali lagi,butuh kebesaran jiwa untuk mengampuni seseorang. Padahal dengan "forgive", kita melepaskan batu besar yang menutupi hati kita. Hati kita mampet karena aliran kasih terhalang ..gara-gara di batu besar yang berada di pintu masuk hati. Kita tahu dan kita paham bagaimana cara untuk menyingkirkan si "batu bandel" ini, cuma kita gak mau..., ogah, ......gengsi, ntar dikira nurunin harga diri. Gak lah... justru dengan "forgive", kita berhasil mengalahkan suatu kekuatan besar yang ada di diri kita yang tanpa kita sadar itu adalah musuh dalam selimut..... yang pura-pura memberikan rasa bangga, lebih tinggi, lebih hebat, lebih superior.
Penyelesaian masalah bisa berlangsung lama, atau singkat, tergantung niat dua belah pihak yg sedang bertikai. Mungkin bisa dipakai cara seperti orang menikmati "kopi tubruk". Minuman nikmat ini, untuk beberapa orang dinikmati setelah ampas kopinya mulai turun/mengendap, so.... kopi bisa dinikmati tanpa bibir merasakan butir-butir bubuk kopi yang masih kasar. Sama seperti masalah... tunggu masalah sedikit mengendap, baru dibicarakan baik-baik. tapi, sama seperti kopi... jangan ditunggu sampai dingin..wah citra rasa kopinya hilang. Sama seperti masalah..jangan sampai berlarut-larut. Any comment ..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar